[ORDE LAMA] Perkembangan Demokrasi di Indonesia dari Orde Lama, Orde Baru Hingga Reformasi dan Saat ini
Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta |
Demokrasi adalah suatu istilah dalam wacana politik yang banyak
dibicarakan oleh para politisi dan aktivis. Demokrasi dapat diartikan
sebagai bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan sebuah negara dalam
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara,
Maksud dari kedaulatan rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi
dipengang oleh rakyat.
Demokrasi memberi penghargaan yang setinggi-tingginya kepada rakyat
untuk mengambil peran dalam pembuatan kebijakan publik. Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi kekuasaan tiga
politik Negara (legislative, eksekutif dan yudikatif). Indonesia
merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk
lingkup asia tenggara Indonesia sering dipandang sebagai Negara terbaik
dalam menjalankan demokrasinya.
Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi di
Indonesia tidak lepas dari alur periodesasi sejarah politik di Indonesia
dari masa Orde Lama, Orde Baru hingga demokrasi pada masa Reformasi
yang mengalami perkembangan.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Perkembangan Demokrasi di Indonesia dari Orde Lama, Orde Baru Hingga Reformasi dan Saat ini. untuk lebih jelasnya mari langsung saja kita simak ulasannya berikut ini:
Perkembangan Demokrasi Orde Lama
Implementasi demokrasi pada masa pemerintahan setelah kemerdekaan baru
terbatas pada interaksi politik diparlemen dan berfungsinya pers yang
mendukung revolusi kemerdekaan. Walaupun tidak banyak catatan sejarah
yang menyangkut perkembangan demokrasi pada masa setelah kemerdekaan,
akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal mendasar.
Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Kedua, presiden
yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi dictator.
Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka ada kesempatan terbentuknya
sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi system
kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah
kehidupan politik indonesia.
Semenjak dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X 3 november 1945,
yang menyerukan pembentukan partai-partai politik, Partai politik
memainkan peranan sentral dalam kehidupan politik dan proses
pemerintahan. Persaingan antar kepentingan dan kekuatan politik
mengalami perkembangan dan semakin nampak jelas. Pergulatan politik
ditandai oleh tarik menarik antara partai politik di dalam lingkaran
kekuasaan dengan kekuatan politik / partai politik di luar lingkungan
kekuasaan.
Kegiatan partisipasi politik di masa orde lama atau atau saat
diberlakukannya demokrasi parlementer (1945-1959) berjalan dengan hingar
bingar, terutama melalui saluran partai politik yang mengakomodasikan
ideologi dan nilai primordialisme (paham yang memegang teguh hal-hal
yang dibawa sejak kecil) yang tumbuh di tengah masyarakat.
Saat diterapkannya demokrasi parlementer juga sering disebut masa
kejayaan demokrasi di Indonesia, sebab hampir seluruh elemen demokrasi
dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat vital
dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini
diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.
Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh nyata
dari tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Terdapat
sekitar 40 partai yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi
dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan partainya maupun
para simpatisannya.
Dalam perkembangan demokrasi di era orde lama atau saat diberlakukannya
demokrasi parlementer (1945-1959) salah satu hal yang dikecewakan adalah
masalah presiden (soekarno) yang hanya sebagai simbolik semata begitu
juga peran militer.
Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah terjadinya perpecahan
antar elit dan antar partai politik. Perpecahan antar elit politik ini
diperparah dengan konflik tersembunyi antar kekuatan parpol dengan
Soekarno dan militer, serta adanya ketidakmampuan setiap kabinet dalam
merealisasikan programnya dan mengatasi potensi perpecahan regional.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh Soekarno untuk merealisasikan nasionalis
ekonomi, dan diberlakukanya UU Darurat pada tahun 1957, maka sebuah masa
demokrasi parlementer (1945-1959) telah usai dan demokrasi terpimpin
kini telah dimulai.
Secara umum, terdapat 3 poin penting yang menjadi penyabab gagalnya
pelaksanaan demokrasi parlementer (1945-1959) di indonesia, adalah
sebagai berikut:
- Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan Darat, yang sama-sama tidak suka dengan proses dan kondisi politik yang berjalan.
- Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik
- Basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah
Setelah gagalnya demokrasi parlementer dan diteruskan oleh demokrasi
terpimpin maka periode demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai
dengan terbentuknya Zaken Kabinet pimpinan Ir. Juanda pada 9 April 1957,
dan menjadi tegas setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Karakteristik yang utama dari demokrasi terpimpin ialah: menggabungkan
sistem kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif
dalam sistem politik nasional menjadi sedemikian lemah, Basic Human
Right menjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak
dari semangat anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin
dominan dalam proses hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah.
Akibat dari demokrasi terpimpin adalah kekuasaan menjadi tersentral di
tangan presiden, dan secara signifikan diimbangi dengan peran PKI dan
Angkatan Darat. Kekuatan-kekuatan Suprastruktur dan infrastruktur
politik dikendalikan secara hampir penuh oleh presiden. Dengan ambisi
yang besar PKI mulai memperluas kekuatannya sehingga terjadi kudeta oleh
PKI yang akhirnya gagal di penghujung September 1965.
Dari uraian diatas dapat di simpulkan menjadi beberapa poin penting dalam perkembangan demokrasi Orde Lama, antara lain:
- Stabilitas politik secara umum memprihatinkan. Ditandai dengan kuantitas konflik politik yang amat tinggi. Konflik kebanyakan bersifat ideologis dan primordial dalam masa 20 tahun pasca merdeka.
- Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan memprihatinkan. Mengalami 25 pergantian kabinet, 20 kali pergantian kekuasaan eksekutif dengan rata-rata satu kali pergantian setiap tahun.
- Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan aparatur pemerintah dalam proses politik menjadikan birokrasi tidak terurus.
- Krisis ekonomi. Pada masa demokrasi parlementer krisis dikarenakan kabinet tidak sempat untuk merealisasika program ekonomi karena pergantian kekuasaan yang kerap terjadi. Masa demokrasi terpimpin mengalami krisis ekonomi karena kegandrungannya terhadap revolusi serta urusan internasional sehingga kurang diperhatikannya sektor ekonomi dalam negeri.
Sumber : http://www.markijar.com/2017/09/perkembangan-demokrasi-di-indonesia.html
Komentar
Posting Komentar